PT Liga Indonesia menyatakan tidak bisa menghalangi rencana klub yang akan akan mengikuti kompetisi di luar negeri. Menyusul, kompetisi di dalam negeri yang sudah diputuskan PSSI berhenti lantaran alasan force majeure.
"Semua mau ke mana terserah saja. Karena (klub) di Aceh sudah akan ikuti kompetisi di Malaysia, Persipura juga mau ikut kompetisi di Papua Nugini, juga Arema kalau mau ikut kompetisi di Singapura, silakan," kata Syahril HM Taher, presiden PT Liga.
Sementara itu, mengenai kontrak pemain dan pelatih, Syahril mengungkapkan otomatis putus. Itu lantaran kompetisi tidak dilanjutkan PSSI karena force majeure.
"Kalau force majeure, otomatis gaji pemain sudah tidak dibayar lagi kan. Para pemain juga sudah tahu itu," jelas Syahril.
"Karena kan situasinya sudah tidak memungkinkan lagi, kalau dilanjutkan kompetisi mustahil. Bukan karena PSSI, tapi Kemenpora yang membekukan PSSI. Kompetisi bisa bergulir lagi kalau PSSI mencabut SK (surat keputusan) pembekuan," ujar pria yang juga ketua umum Persiba Balikpapan itu.
"Informasinya dari klub-klub, akan menuntut Kemenpora, para pemain juga akan kumpul menuntut Kemenpora," bebernya.
Menurutnya, akibat kompetisi dihentikan, klub-klub merugi hingga miliaran rupiah setiap bulan.
"Kalau Persiba (Balikpapan) hingga empat bulan rugi sekitar Rp4,2 miliar untuk bayar gaji pemain, akomodasi, konsumsi, transportasi," ujarnya.
Di sisi lain, dia mengklaim hingga saat ini 18 klub Indonesia Super League (ISL) solid dan tetap berkomitmen tidak akan mengikuti kompetisi, yang rencananya bakal digulirkan Kemenpora. PT Liga sendiri tidak akan mengikuti imbauan Kemenpora untuk menjadi operator kompetisi tersebut.
Bahkan, masih kata Syahril, jika ada klub yang ikut kompetisi yang digulirkan Kemenpora kemungkinan bisa terancam sanksi.
"18 klub itu tahu bagaimana statuta bagaimana itu bola. PSSI bukan di bawah Kemenpora, PSSI itu di bawah KONI, AFC dan FIFA. Kita butuh Pemerintah, tapi bukan mengikuti yang salah," pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar